Setiap pasang foto-foto ini disertai dengan kisah masing-masing anak. Difoto lebih dari dua tahun dengan dukungan dari Save the Children (Italia), "Where The Children Sleep" adalah foto dan juga sebuah buku pendidikan yang melibatkan kehidupan anak-anak di seluruh dunia.
1. Lamine (12 tahun, Senegal)
Dia adalah seorang murid di sekolah desa "Koranic school" (sekolah al-Quran), khusus untuk anak laki-laki. Ia berbagi kamar dengan anak laki-laki lainnya. Tempat tidur merupakan dasar bagi mereka, beberapa didukung oleh batu bata untuk kaki kasurnya.
Pada jam enam setiap pagi anak-anak mulai bekerja di peternakan sekolah, di mana mereka belajar bagaimana untuk menggali, panen jagung dan membajak ladang dengan menggunakan keledai. Pada sore hari mereka mempelajari Quran. Waktu luangnya (Lamine) suka bermain sepak bola dengan teman-temannya.
2. Tzvika (9 tahun, Israel)
Tzvika, tinggal di sebuah blok apartemen di Beitar Illit, sebuah pemukiman Israel di Tepi Barat. Ini adalah sebuah daerah yang terjaga keamanannya di 36.000 haredi (Ortodoks) Yahudi. Televisi dan surat kabar dilarang dari pemukiman tersebut.
Rata-rata keluarga memiliki sembilan anak, tetapi Tzvika hanya memiliki satu saudara perempuan dan dua saudara, yang tidur satu kamar. Dia dibawa dengan mobil ke sekolah. Olahraga dilarang dari kurikulum sekolahnya.
Tzvika pergi ke perpustakaan setiap hari dan menikmati membaca kitab suci. Dia juga suka main game yang mengandung unsur agama di komputernya. Dia ingin menjadi seorang "rabbi", dan makanan favoritnya adalah schnitzel dan chip.
3. Jamie (9 tahun, New York)
Jamie tinggal bersama orang tua dan saudara kembar adik dan kakaknya di penthouse di 5th Avenue, New York. Jamie bersekolah di sebuah sekolah bergengsi dan dia merupakan murid yang baik.
Dalam waktu luangnya ia mengambil les judo dan pergi untuk berenang. Dia sangat suka pelajaran keuangan. Ketika ia besar nanti, dia ingin menjadi pengacara seperti ayahnya.
4. Indira (7 tahun, Nepal)
Indira hidup bersama saudara, orangtua dan adiknya di dekat Kathmandu di Nepal. Rumahnya hanya memiliki satu kamar, dengan satu tempat tidur dan satu kasur. Saat tidur, anak-anak berbagi kasur di lantai.
Indira telah bekerja di tambang granit lokal sejak dia berumur 3 tahun. Keluarganya sangat miskin sehingga setiap orang harus bekerja. Ada 150 anak-anak lainnya yang bekerja di pertambangan.
Indira bekerja enam jam sehari dan kemudian membantu ibunya dengan pekerjaan rumah tangga. Dia juga menghadiri sekolah dengan harus menempuh 30 menit berjalan kaki. Makanan kesukaannya adalah mie. Dia ingin menjadi penari saat ia besar nanti.
5. Jasmine (4 tahun, Amerika Serikat)
Jasmine ('Jazzy'), tinggal di sebuah rumah besar di Kentucky, Amerika Serikat, bersama orang tuanya dan tiga bersaudara. Rumahnya adalah di pedesaan, dikelilingi oleh lahan pertanian.
Kamar tidurnya penuh dengan tajuk dan ikat pinggang yang telah dia menangkan dalam kontes kecantikan. Dia telah mengikuti lebih dari 100 kompetisi. Waktu luangnya digunakan untuk latihan. Setiap hari ia selalu berlatih di panggung dengan pelatihnya. Jazzy ingin menjadi bintang rock ketika ia besar nanti.
6. Keluarga Pendatang (Roma, Italia)
Rumah untuk anak ini dan keluarganya adalah kasur di sebuah lapangan di pinggiran kota Roma, Italia. Keluarganya berasal dari Rumania dan pindah ke Roma dengan bus, setelah mengemis uang untuk membayar tiket mereka.
Ketika mereka tiba di Roma, mereka berkemah di atas tanah pribadi, tetapi polisi mengusir mereka. Mereka tidak memiliki surat-surat identitas, sehingga tidak bisa mendapatkan pekerjaan legal. Orangtua anak itu membersihkan kaca jendela mobil di jalanan. Tak seorangpun dari keluarganya yang pernah ke sekolah.
7. Dong (9 tahun, Cina)
Dong tinggal di propinsi Yunnan di selatan-barat Cina dengan adik, orang tua dan kakeknya. Ia berbagi kamar dengan adiknya dan orang tua. Keluarga memiliki tanah yang hanya cukup untuk menanam padi dan tebu milik sendiri.
Dong ke sekolah selama 20 menit berjalan kaki. Dia sangat menikmati dalam menulis dan bernyanyi. Paling malam, dia menghabiskan satu jam mengerjakan PR dan satu jam menonton televisi. Ketika besar, Dong ingin menjadi polisi.
8. Roathy (8 tahun, Kamboja)
Roathy tinggal di pinggiran Phnom Penh, Kamboja. Rumahnya berada di tempat pembuangan sampah besar. Kasurnya terbuat dari ban bekas. 5000 orang tinggal dan bekerja di sini.
Pada jam 6 setiap pagi, Roathy dan ratusan anak-anak lain diberi kesempatan untuk mandi di pusat amal lokal sebelum mereka mulai bekerja, mengais-ngais kaleng dan botol plastik, yang dijual ke perusahaan daur ulang.
9. Nantio (15 tahun, Kenya)
Nantio adalah anggota dari suku Rendille di Kenya utara. Dia memiliki dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Rumahnya adalah sebuah kubah tenda seperti terbuat dari kulit sapi dan plastik, dengan sedikit ruang untuk berdiri. Ada api di tengah, di ruang tidur keluarga.
Tugas Nantio mencari kambing, memotong kayu bakar dan mengambil air. Dia pergi ke sekolah desa selama beberapa tahun, namun memutuskan untuk tidak melanjutkan.
Nantio berharap seorang Moran (prajurit) akan memilih dia untuk menikah. Dia punya pacar sekarang, tetapi tidak biasa bagi seorang wanita Rendille untuk memiliki beberapa pacar sebelum menikah. Pertama, ia harus menjalani sunat, seperti kebiasaan.
10. Joey (11 tahun, Amerika Serikat)
Joey tinggal di Kentucky, Amerika Serikat, dengan orangtua dan kakak perempuan. Ia secara rutin menemani ayahnya di perburuan. Dia memiliki dua senapan dan panah dan pertama kali membunuh rusa pada usia 7 tahun.
Dia berharap untuk menggunakan panah selama musim berburu berikutnya karena ia telah merasa lelah jika menggunakan senapan. Dia mencintai kehidupan luar ruang dan berharap untuk terus berburu menjadi dewasa.
Keluarganya selalu memasak dan memakan daging dari binatang yang mereka dapatkan dari berburu. Joey tidak setuju bahwa binatang harus dibunuh hanya untuk olahraga. Ketika dia tidak pergi berburu, Joey bersekolah dan menikmati menonton televisi dengan hewan peliharaannya, seekor kadal naga berjanggut, bernama Lily.
Sumber :
kaskus.us
0 komentar: